Seni grafis
Pengertian Seni
Grafis
Seni grafis adalah salah satu cabang seni rupa yang proses
pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya seni grafis dibuat dengan
media kertas, kain, plastik, kayu dan lain-lainnya. Tujuan pembuatan seni grafis adalah untuk
menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, sehingga mempermudah
dan mempersingkat waktu pengerjaan suatu
karya.
Seni grafis merupakan bagian dari seni rupa dua dimensi. Istilah grafis diambil dari bahasa
Inggris graph atau graphic yang berarti dapat membuat tulisan, gambar, atau
lukisan dengan cara ditoreh atau digores. Grafik atau grafis juga berarti
gambaran yang nyata. Seni grafis adalah karya seni rupa dua dimensi yang proses
pembuatannya melalui teknik cetak.
Sejarah Seni Grafis
Seni grafis di Norwegia tidak mengalami perkembangan hingga
tahun 1895, ketika Edvard Munch mulai menggunakan berbagai teknik variasi,
termasuk cetak di atas kayu, sketsa dan lithografi (cetakan dari batu atau
logam yang ditulisi atau digambari). Karya-karyanya tidak segera dikenal di
Norwegia karena ia tinggal di luar negeri, sehingga teknik seni grafisnya tidak
membawa pengaruh terhadap sesama artis Norwegia. Beberapa tahun kemudian,
Nikolai Astrup mengembangkan gaya yang sangat pribadi dengan menggunakan teknik
pewarnaan cetak kayu, dan Johan Nordhagen memberikan kontribusi penting dengan
mengajar di Royal Academy of Arts and Crafts (1899) dan memberikan dasar kuat
bagi pendidikan seni grafis Norwegia. Selama pertengahan pertama abad ke-20,
artis seni grafis Norwegia yang paling terkemuka adalah Rolf Nesch (1893-1975),
yang mendapat pengakuan internasional untuk teknik grafis logam, dan artis Sámi
John Savio (1902-1938), yang banyak bekerja dengan cetakan kayu.
Selama tahun 1950 dan 1960, Sigurd Winge beralih ke aliran
ekspresionisme Jerman, menggunakan teknik Rolf Nesch. Ia banyak bekerja dengan
sketsa, bereksperimen dengan perbedaan antara warna terang dan tua. Tren umum
pada tahun 1950 adalah studi pemandangan dan bentuk, umumnya dengan menggunakan
cetak kayu dan lithografi. Banyak artis berbakat yang mengikuti gaya Stanley
Hayter Atelier 17 di Paris, yang berspesialisasi dalam teknik mencetak banyak
warna hanya dengan menggunakan satu pelat. Reidar Rudjord dan Anne Verivik
mendirikan sebuah bengkel kerja di Oslo pada tahun 1965, Atelier Nord, dengan
mengikuti prinsip studio di Paris.
Berbagai teknik baru mulai diperkenalkan pada tahun 1970,
termasuk cetakan di atas kain sutra, dan kebangkitan seni sketsa baik yang
mengandung arti kiasan maupun tidak. Tahun 1970 seringkali dianggap sebagai
jaman keemasan seni grafis, sejak meningkatnya minat dalam bidang ini mulai
terlihat baik dalam komunitas seni dan masyarakat serta banyaknya bengkel kerja
dan kerja sama antara sesama artis yang didirikan. Nama yang patut
diperhitungkan dalam beberapa tahun terakhir termasuk Bjørn-Willy Mortensen
(1941-1993), Per Kleiva (b1933) dan Anders Kjær (b1940).
Jenis seni grafis
Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar sebagai
berikut:
1. Cetak tinggi atau relief, di mana proses pembuatannya menggunakan
alat berupa cap, yang pada bagian-bagiannya yag timbul apabila dilekatkan pada
permukaan kertas akan meniggalkan bekas yang sesuai dengan desain yang
dtempelkan tadi. teknik relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil
linoleum/linocut, dan cukil logam/metalcut.
a.
Cukil kayu
, adalah salah satu teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis paling
awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur.
Kemungkinan pertama kali dikembangkan sebagai alat untuk menciptakan pola cetak
pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai di Tiongkok untuk mencetak teks dan
gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun
1400 di Eropa, dan beberapa waktu kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik
cukil kayu banyak digunakan untuk proses membuat gambar tanpa teks.
Seniman membuat skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di
kertas yang kemudian ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman kemudian
menyerahkan rancangannya ke ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam
untuk mencukil bagian papan yang tidak akan terkena tinta. Bagian permukaan
tinggi dari papan kemudian diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu
lembaran kertas, yang mungkin sedikit lembap, ditaruh di bawah papan. Kemudian
papan digosok dengan baren (alat yang digunakan di Jepang) atau sendok, atau
melalui alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai
untuk tiap warna.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.
b. Egraving, Proses ini dikembangkan di
Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving (ukiran halus) yang digunakan oleh
para tukang emas untuk mendekorasi karya mereka. penggunaan alat yang disebut
dengan burin merupakan ketrampilan yang rumit. Pembuat engraving memakai alat
dari logam yang diperkeras yang disebut dengan burin untuk mengukir desain ke
permukaan logam, tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut
memiliki bermacam-macam bentuk dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.Seluruh permukaan plat diberi
tinta, kemudian tinta dibersihkan dari permukaan, yang tertinggal hanya tinta
yang berada di garis yang diukir. Kemudian plat ditaruh pada alat press
bertekanan tinggi bersama dengan lembaran kertas (seringkali dibasahi untuk
melunakkan). Kertas kemudian mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang
diukir), menghasilkan karya cetak.
2.
Cetak dalam atau Intaglio print (berasal dari
kata in=dalam dan taglier=mengiris, memotong dan menggores kedalam), yaitu
mencetak dengan menggunakan klisei dengan permukaannya tinggi rendah karena
goresan , yang nantinya bagian yang tergores itu yang akan menimbulkan bekas
gambar. teknik ini meliputi: engraving, etsa, mezzotint, aquatint, chine-collé
dan drypoint;
a.
Etsa, adalah
bagian dari kelompok teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint,
mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya adalah Daniel
Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya
dengan teknik ini. Etsa kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium
seni grafis yang populer. Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang
memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah
dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar.
Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki detail
dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa
berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa bagian permukaan tinggi bebas
tinta, bagian permukaan rendah menahan tinta. Mula-mula selembar plat logam
(biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup dengan lapisan semacam lilin.
Kemudian seniman menggores lapisan tersebut dengan jarum etsa yang runcing,
sehingga bagian logamnya terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam
atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam akan mengikis bagian plat yang
digores (bagian logam yang terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang
tersisa dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan
proses pada engraving.
Tiga Salib, etsa karya Rembrandt
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix,
James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst
Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri Matisse,
Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy Twombly.
b.
Mezzotint,
Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam terlebih dahulu
dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar dihasilkan dengan mengerok
halus permukaan, menciptakan gambar yang dibuat dari gelap ke terang. Mungkin
juga menciptakan gambar hanya dengan mengkasarkan bagian tertentu saja, bekerja
dari warna terang ke gelap.
Mezzotint dikenal karena kualitas
tone-nya yang kaya: pertama, karena permukaan yang dikasarkan secara merata
menahan banyak tinta, menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena proses
penghalusan tekstur dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan
gradasi halus untuk mengembangkan tone.
Metode mezzotint ditemukan oleh
Ludwig von Siegen (1609-1680). Proses ini dipakai secara luas di Inggris mulai
pertengahan abad delapanbelas, untuk mereproduksi foto dan lukisan.
c.
Aquatint,
Adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam untuk membuat
gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan jarum untuk
menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat, aquatint menggunakan
serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek tonal.
Kebanyakan karya-karya grafis
Goya menggunakan teknik aquatint.
d.
Drypoint,
Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan dengan
alat burin berbentuk "v". Sementara garis pada engraving sangat halus
dan bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan kasar pada tepi garis.
Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan
kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak kesan
tersebut, drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar
sepuluh sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating
(pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad
sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.
Teknik ini kelihatannya ditemukan
oleh seorang seniman Jerman selatan abad limabelas yang memiliki julukan
Housebook Master, di mana semua karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara
seniman old master print yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer
memproduksi 3 karya drypoint sebelum akhirnya berhenti menggunakannya;
Rembrandt sering menggunakannya, tapi biasanya digabungkan etsa dan engraving.
3.
Cetak tembus atau cetak saring atau stensil,
yaitu metode mencetak untuk membuat gambar atau tulisan dengan bentuk dan warna
yang sama dan dalam jumlah yang banyak dan proses yang cepat. Cetak saring
dikenal juga dengan sablon. Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau
serigrafi menciptakan warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula
seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang
dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil.
(Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen dibuat
dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra) yang direntangkan pada
rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen. Kemudian screen
diletakkan di atas kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di sisi dalam
screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk meratakan tinta melintasi
screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen diangkat ketika
gambar sudah ditransfer ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang
terpisah. Screen bisa dipakai lagi setelah dibersihkan.
Seniman yang menggunakan teknik
ini:
Josef Albers, Chuck Close, Ralston
Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg,
Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.
4.
Cetak datar atau planografi yaitu metode
mencetak dengan permukaannya tetap,
hanya mendapat perlakuan khusus pada bagian tertentu untuk menciptakan
image/gambar. teknik ini meliputi: litografi, monotype dan teknik digital La
Goulue, Poster litografi karya Toulouse-Lautrec.
a.
Litografi adalah
teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari pada
sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur. Digunakan permukaan
berpori, biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur; gambar dibuat
pada permukaan batu dengan medium berminyak. Kemudian dilakukan pengasaman ,
untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar 'terbakar' pada permukaan.
Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan batu yang
tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas dibasahi, air
akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar berbasis
minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke seluruh
permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya menempel
pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian selembar kertas lembap diletakkan
pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat
press. Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan
detail yang sangat kecil.
Variasi dari teknik ini adalah
foto-litografi, di mana gambar ditangkap lewat proses fotografis pada plat
logam; kemudian pencetakan dilakukan dengan cara yang sama.
Seniman yang menggunakan teknik
ini:
George Bellows, Pierre Bonnard,
Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró,
Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de
Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth
b.
Cetak
Digital, merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan komputer
menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dan
sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk
pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat merupakan
kunci yang membedakan antara digital print berkualitas tinggi dengan yang
berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit untuk direproduksi secara
akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital
berkualitas tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data
ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.
Cetak digital bisa dicetak pada
kertas printer desktop standar dan kemudian ditransfer ke art paper tradisional
(misalnya, Velin Arch atau Stonehenge 200gsm). Salah satu cara mentransfer
berkas adalah dengan meletakkan hasil cetakan menghadap permukaan, art paper
kemudian diolesi dengan Wintergreen oil di belakang cetakan, kemudian dipress.
Sosiolog Jean Baudrillard memiliki
pengaruh besar dalam seni grafis digital lewat teori yang diuraikannya dalam
Simulacra and Simulation.
Media dan alat seni
grafis
Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media
dari yang tradisional sampai kontemporer, termasuk tinta ber-basis air, cat
air, tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut dalam
air seperti crayon Caran D'Ache. Karya seni grafis diciptakan di atas permukaan
yang disebut dengan plat. Teknik dengan menggunakan metode digital menjadi
semakin populer saat ini. Permukaan atau matrix yang dipakai dalam menciptakan
karya grafis meliputi papan kayu, plat logam, lembaran kaca akrilik, lembaran
linoleum atau batu litografi. Teknik lain yang disebut dengan serigrafi atau
cetak saring (screen-printing) menggunakan lembaran kain berpori yang
direntangkan pada sebuah kerangka, disebut dengan screen. Cetakan kecil bahkan
bisa dibuat dengan menggunakan permukaan kentang atau ketela.
Warna
Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka
dengan banyak cara. Seringkali pewarnaannya -- dalam etsa, cetak saring, cukil
kayu serta linocut -- diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau screen
yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Dalam teknik
pewarnaan multi-plat, terdapat sejumlah plat, screen atau papan, yang
masing-masing menghasilkan warna yang berbeda. Tiap plat, screen atau papan
yang terpisah akan diberi tinta dengan warna berbeda kemudian diterapkan pada
tahap tertentu untuk menghasilkan keseluruhan gambar. Rata-rata digunakan 3
sampai 4 plat, tapi adakalanya seorang seniman grafis menggunakan sampai dengan
tujuh plat. Tiap penerapan warna akan berinteraksi dengan warna lain yang telah
diterapkan pada kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna.
Biasanya warna yang paling terang diterapkan lebih dulu kemudian ke warna yang
lebih gelap.
Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai
dengan papan kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Kemudian
seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya lagi.
Bagian lino atau kayu yang dicukil akan mengekspos (tidak menimpa) warna yang
telah tercetak sebelumnya.
Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype,
pegrafis kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis kemudian dicetak.
Konsep warna subtraktif yang juga digunakan dalam cetak
offset atau cetak digital, di dalam software vektorial misalnya Macromedia
Freehand, CorelDraw atau Adobe Ilustrator atau bitmap ditampilkan dalam CMYK
atau ruang warna lain.